Tuesday 31 August 2010

'Me-Time'

I'm writing this article in Indonesian. For my English-speaking readers, you can find many interesting and useful articles and tips about 'Me-Time' in About.com. Here is a link to one of the great articles in the website, and this one is an article where my comment was published (yes, I'm happy about it!)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhir-akhir ini saya banyak membaca artikel tentang 'Me-Time' untuk ibu rumah tangga.. Juga ada teman yang curhat tentang kurangnya 24 jam dalam sehari untuk bisa punya waktu untuk diri sendiri.. Saya jadi terpikir untuk menuliskan pengalaman saya waktu ikut suami tugas di luar negri dan pembantu hanya datang beberapa jam saja setiap 2-3 hari sekali..

Betapa berharganya 'Me-Time' yang awalnya saya kenal dari suami hanya sebagai satu selingan yang menyenangkan..

Begini ceritanya..

Bangun tidur langsung masukin baju kotor ke mesin cuci.. Sambil nunggu cucian selesai, nyiapin sarapan dan nyuapin si kecil sarapan.. Setelah suami berangkat kerja, mandiin si kecil, jemur cucian, bersih-bersih dapur dan rumah.. dst.. dst.. -terbayang 'kan?.. daripada saya tulis satu-persatu kegiatan saya dari pagi sampai malam..-

Misalnyapun saat itu ada pembantu dan pengasuh anak, tetap aja selalu ada yang harus dikerjakan.. terutama, main dengan anak-anak -bagian dari kehidupan ibu rumah tangga yang saya paling suka-. Intinya, tidak terbayangkan untuk bisa meninggalkan rumah untuk waktu yang lama.

Tiba-tiba saja, pada suatu akhir pekan, suami bilang, "Kemarin, May, adiknya Jeff baru datang dan minta ditemani cari baju. Sekalian kalau kamu mau belanja atau jalan-jalan."

Reaksi pertama saya, "Nanti si kecil berulah gak ya dibawa belanja gitu?"

Suami saya menjawab tenang, "Jangan dibawalah.. Dia biar di rumah sama saya. Kamu aja jalan-jalan.. refreshing.."

Ha?? Jalan-jalan? Refreshing? Ninggalin anak, ninggalin suami, ninggalin rumah.. kok aneh?! Saya 'kan ibu rumah tangga.. kenapa jadi jalan-jalan dan refreshing??!!

Suami saya kayaknya sadar kalau saya bingung. Dia langsung bilang, "Kamu perlu keluar rumah. Ganti suasana supaya tidak jenuh. Sekarang belanja, kapan-kapan nanti ke salon, pokoknya keluar rumah sendiri atau sama teman."

Hmm.. saya pikir-pikir seru juga kali ya.. Akhirnya, saya pergi menemani adiknya teman kantor suami yang baru datang itu. Seharian itu saya merasa senang. Saya jalan-jalan dengan seorang teman yang sama-sama perempuan dan karena saya sudah agak lebih lama tinggal di kota tersebut, saya bisa membantu May mengenalkan tempat-tempat yang mungkin ia perlukan di kemudian hari, seperti pasar, supermarket, dll.

Waktu pulang ke rumah, anak saya cerita kalau ia dan ayahnya makan ayam goreng -seperti KFC gitu- dan mereka main game PS. Rumah lumayan berantakan dan pakaian kotor masih menumpuk.. Hiyaaaa.. mau pingsan rasanya!

Belum sempat pingsan, suami sudah senyum-senyum lagi, "Itu masih ada nasi dan ayam di meja. Nanti malam gak usah masak, nanti kita beli take-away aja."

Saya ngangguk-ngangguk pasrah.. hati memang senang, tapi kaki pegal setelah jalan seharian.. hehehe...

Sambil saya main-main di kamar dengan si kecil, tiba-tiba saya mendengar bunyi mendengung dari arah dapur. Ternyata suami saya mulai mencuci pakaian. Saya cepat berkata, "Besok aja saya cuci, sekarang cape banget."

Suami saya tertawa, "Saya sih gak cape, tadi 'kan cuma main seharian, tapi saya gak bisa seperti kamu, sambil main, sambil nyuci, sambil bersih-bersih. Tapi tenaanngg.. abis ini semua cucian nanti saya jemur, besok kamu tinggal nyetrika."

Saya jadi ikut tertawa. Benar juga.. mencuci dengan mesin cuci sebenarnya tidak melelahkan hanya makan waktu saja. Menjemur pakaian juga ternyata suami saya bisa mengerjakan dengan lebih cepat.. mungkin karena tenaganya lebih besar? Atau mungkin karena saat menjemur dia tidak sambil nyuapin anak atau nungguin masakan matang? Hmm..

Itulah pertama kalinya saya berkenalan dengan 'Me-Time'.. waktu untuk SAYA.. ganti suasana dari rumah ke luar rumah.

Waktu itu, saya tidak terlalu memikirkan seberapa pentingnya 'Me-Time' itu. Baru akhir-akhir ini saya jadi tersadar betapa sesuatu yang begitu sederhana itu sesungguhnya sangat penting. Memang yang sering dibicarakan adalah 'Me-Time' untuk ibu rumah tangga, tapi sesungguhnya semua orang perlu 'Me-Time', yang intinya adalah keluar dari rutinitas -melakukan sesuatu untuk menyenangkan diri sendiri- agar tidak jenuh.

Sekarang, saya sudah terbiasa dengan 'Me-Time' dan saya mulai bisa mengenali tanda-tanda saat saya memerlukan 'Me-Time'. Tanda yang paling jelas adalah, pekerjaan yang sangat sederhanapun bisa terasa amat sangat melelahkan dan kejadian yang biasanya bisa membuat saya tertawa, tiba-tiba saja terasa membosankan atau bahkan mengesalkan.

Berhubung sekarang saya sudah berada di tanah air, 'Me-Time' saya pun jadi lebih bervariasi, tapi perencanaannya harus lebih rapi karena suami saya perlu 'Me-Time' lebih daripada waktu kami di luar negri dulu -berangkat dan pulang kantor naik motor kena asap jalanan sudah cukup untuk membuat setiap pekerja memerlukan 'Me-Time'-.

Langkah awal yang kami ambil adalah mengajarkan anak-anak bahwa tidak setiap saat kita pergi sekeluarga.

Ada saatnya Ibu atau Bapak pergi sendiri, ada saatnya Ibu dan/atau Bapak menemani anak yang punya keperluan sementara anak yang lain tinggal di rumah, ada saatnya Ibu dan Bapak harus pergi berdua sementara anak-anak tinggal di rumah, dan nanti, ada saatnya anak-anak pergi sendiri tanpa Ibu dan Bapak.

Awalnya anak-anak bingung. Anak saya yang tertua -waktu itu umurnya 6 tahun- bilang, "Aku gak mau pergi sendiri, aku mau selalu pergi sama Ibu."

Suami saya tertawa, "Sekarang kamu senang pergi sama Ibu. Coba aja beberapa tahun lagi.."

Anak saya bertanya lagi, "Memangnya aku boleh pergi sendiri?"

Suami saya menjawab cepat, "Sekarang belum boleh, tapi beberapa tahun lagi, kamu juga gak akan suka pergi sama Ibu atau Bapak."

Anak saya diam. Dia belum sepenuhnya mengerti. Tapi, setelah beberapa kali ditinggal dan diberikan kegiatan alternatif, seperti ekstra waktu untuk main game, atau beraktifitas dengan nenek/kakeknya, akhirnya anak-anak mulai mengerti bahwa merekapun harus punya 'Me-Time'.

Setelah beberapa waktu, anak-anak mulai terbiasa dengan konsep ini. Itu berarti saatnya untuk langkah berikutnya, yaitu mengenali diri sendiri dan keluarga kita.

Pada saat kita terbiasa dengan 'Me-Time,' kita akan lebih mengenali apa saja kegiatan yang kita anggap menyenangkan. Di samping itu, kita mulai bisa melihat kegiatan apa saja yang disukai oleh pasangan dan anak-anak kita. Seringkali di antara kegiatan-kegiatan itu ada yang mirip atau sama dan dari situ kita bisa sesekali mengadakan kegiatan bersama -tapi jangan terlalu sering.. kalau terlalu sering tidak jadi 'Me-Time' lagi nanti-.

Jangan lupa bahwa menjadi bagian dari satu kelompok -di rumah maupun di tempat kerja- tidaklah menjadikan kita kehilangan identitas pribadi. Kita tetap memiliki kepribadian unik yang terdiri dari rasa, minat dan bakat yang seharusnya terus kita pelihara sebagai satu pribadi yang utuh.

Diskusikanlah 'Me-Time' ini dengan pasangan dan anak-anak -kalau mereka sudah dapat diajak diskusi- kemudian mulailah lakukan. Jangan tunggu sampai salah satu anggota keluarga terlanjur merasa terlalu jenuh untuk mencoba hal-hal baru.

Selamat ber-'Me-Time' dan 'Having a Great Time'